• Latest Stories

      What is new?

    • Comments

      What They says?

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Setelah seorang guru yang membuat motor melaju dengan bahan bakar GAS kini seorang siswa dari Aceh membuat Motor Berbahan Bakar Air. Yuk kita lihat ulasannya. Siswa SMKN 2 Sinabang, Pulau Simeulue, Aceh, berhasil memodifikasi sepeda motor berbahan bakar air. Hanya dengan satu liter air, motor ini diklaim bisa menempuh jarak 700 kilometer.

    Beberapa orang termasuk Nanda Alavanta yang masih duduk di bangku SMK yang berjurusan Teknik Otomotif SMKN 2 Sinabang berinisiatif merancang motor berbahan bakar air ini. “Habis waktu sebulan membuat ini. Dari penilitian sampai proses erencangnya,” cerita Nanda di sela pameran Hari Pendidikan Daerah (Hardikda) Aceh ke 56 baru-baru ini.

    Nanda mengaku sudah menguji ketahanan motor buatannya. Menurutnya, dengan seliter air murni, motor tersebut sanggup berjalan hingga 700 Km dengan kecepatan normal.

    “Sudah kami tes keliling pulau (Simeulue), Alhamdulillah baik-baik saja. Yang penting diperhatikan adalah kondisi aki dan kipronya harus oke. Kalau tidak maka jalannya bisa tersendat,” sebut siswa Kelas II itu.

    Ide membuat bahan bakar air ini muncul dari keinginan Nanda bersama teman-temannya di sekolah. “Kami pengen ada perubahan di sekolah,” tuturnya.

    Setelah berdiskusi dengan seorang gurunya, Wendi Sebastian, mereka sepakat membuat motor berbahan bakar air. Honda Win-100 butut yang ada di laboratorium otomotif sekolahnya dijadikan sebagai objek eksperimen.

    Bahannya sederhana. Botol plastik tahan panas diisi air murni, kemudian disambungkan ke silinder pembakaran menggunakan slang stainless stell. Dua kabel dari baterai aki juga disambungkan ke dalam botol.

    Untuk bisa menjalankan mesin maka aki dan air harus di-charge dulu. Caranya cukup dengan menghidupkan motor, dan biarkan dulu mesin menyela. Jika susah hidup perlu dipancing dengan beberapa tetes bensin. Proses charging ini diperlukan untuk memisahkan sulfur atau zar kapur dari air aki dengan unsur hidrogen dan oksigen yang ada dalam air.

    Daya aki dan aliran listriknya perlu diperhatikan. Jika aliran listrik bagus, maka sulfur akan menempel dengan sendirinya di stainless steel dan tidak masuk ke dalam silinder. Selanjutnya hidrogen yang merupakan senyawa mudah terbakar, dan oksigen juga terpisah.

    Menurut Wendi Sebastian, guru SMKN 2 Sinabang yang mendampingi siswa membuat motor berbahan bakar air, pemisahan hidrogen dan oksigen bisa menimbulkan ledakan jika tersulut api.
    “Itulah yang dimanfaatkan untuk pembakaran,” ujarnya.

    Wendi mengatakan, pengecasan sebaiknya gunakan aki basah. Pasalnya, dalam setiap pengecasan butuh 5 ampere serta aki akan panas dan menguap.

    “Kalau menguap airnya berkurang, aki basah bisa kita isi lagi. Kalau aki kering tidak,” ujarnya.

    Untuk membuat inovasi ini mereka menghabiskan dana sekira Rp1 juta. Semuanya ditanggung Kepala SMKN 2 Sinabang, Safdar SR.

    “Bahannya tidak sampai Rp. 400 ribu, tapi untuk risetnya yang banyak habis biaya,” tutur Wendi.Contohnya, kata Wendi, percobaan memisahkan unsur hidrogen, oksigen dan sulfur gagal hingga tujuh kali. “Tapi tetap kami coba hingga berhasil,” sebutnya.

    Wendi menilai, motor berbahan bakar air ini bisa menjadi alternatif di masa depan, terutama untuk warga yang tinggal di Pulau Simeulue. “Di sini harga BBM mahal, jadi mungkin ini bisa jadi solusi,” katanya.

    Untuk tahap awal, lanjut dia, motor berbahan bakar air ini akan dibudayakan di SMK tersebut. Beberapa siswa termasuk Nanda sudah berniat memodifikasi motornya agar bisa menggunakan air sebagai bahan bakar.

    “Jika nanti berhasil kami akan siap diminta untuk membantu orang lain yang membutuhkan motor ini,” sebutnya.

    Di tengah kondisi bumi yang semakin krisis bahan bakar fosil, khususnya Indonesia yang menurut prediksi beberapa pakar keminyakan cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup sampai 2050 jika tidak ditemukan lagi sumur-sumur minyak baru, inovasi di atas menjadi seperti oase di tengah gurun pasir. Sebuah harapan di tengah kesulitan, jelas akan menjadi mood booster bagi perkembangan penelitian tentang energi alternatif. Itu jika dalam kondisi normal di sebuah negara yang sangat menghargai dan menjunjung tinggi riset masa depan. Tapi, ini Indonesia. Sungguh ironis bukan pemerintahan Indonesia tidak ada yang peduli akan karya-karya yang dimiliki Anak Bangsa

    ,

    bus listrik ITS

    Kampus ITS Surabaya Meluncurkan Bus inovatif dengan Tenaga Listrik

    Prestasi Anak Bangsa. Perkembangan prestasi Anak Bangsa memang banyak yang memukau seperti halnya Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya meluncurkan bus inovatif dengan sumber tenaga dari energi listrik pada tanggal 24 november 2014 silam. Bus ini dilengkapi dengan panel surya sebagai tambahan energi dari sinar matahari itu rencananya akan dioperasikan di dalam lingkungan kampus per Januari 2015 lalu.

    Sistem energi dari bus listrik ini berasal dari 80 persen tenaga listrik dan 20 persen tenaga matahari. Oleh karena itu, pada bagian atas bus diberi solar panel untuk menyerap sinar matahari lalu diubah menjadi tenaga listrik yang akan disimpan di dalam baterai lalu tenaga listrik ini akan digunakan untuk menggerakkan motor listrik. Pengisian baterai berkisar selama 8–10 jam dan bisa dioperasikan dalam jarak 160 kilometer setelah diisi penuh selama delapan hingga 10 jam. Kapasitasnya 26 penumpang, dengan rincian Sembilan orang duduk dan 17 orang berdiri. Bus listrik ini berukuran 6 m x 2,1 meter, memiliki berat tanpa penumpang sebesar empat ton dan maksimal mampu mengangkut beban sebesar 6 – 7 ton.

    Ketua Tim Riset Bus Listrik, Dr. Muhammad Nur Yuniarto, mengatakan bahwa sejak bus listrik ini dipesan dua bulan lalu, sejak itu pula mereka bekerja keras selama 24 jam sehari dalam waktu dua bulan. Tim dari bus listrik ini terdapat:  ’’Ada lima dosen, tujuh orang mekanik, dan 40 mahasiswa yang terlibat mulai dari Teknik Mesin, Elektro, dan Fisika’’ ucap dosen Teknik Mesin tersebut.

    ’’Tapi, karena ini masih prototipe pertama, jadi bus listrik ini masih dihibahkan menjadi kendaraan di dalam Kampus ITS,’’ papar Pak Nur. Rencananya, akhir bulan ini mencoba rute yang pertama. Jadi, targetnya awal tahun depan sudah bisa digunakan di lingkungan ITS. “Tak hanya itu, dalam jangka waktu satu tahun ke depan kami juga akan membangun stasiun pengisinya,” ujar Pak Nur.

    Bus listrik ini merupakan karya kelima ITS setelah meluncurkan serangkaian mobil listrik nasional, yaitu: Ezzy ITS 1, Ezzy ITS 2, Braja Wahana, dan Sapu Angin Surya pada Mei 2014. Sayangnya tak ada kepedulian untuk dikembangkan menjadi akses di negara sendiri

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Hebat Moto Indonesia "Indonesia tak butuh orang pintar" Saya rasa mungkin bukan seperti bualan seperti kisah Ricky Elson ini, jujur rasanya gregetan banget dengan Pemerintah Indonesia, teramat sangat khususkan kepada Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

    Kalau saja saya Presidenya, langsung saya pecat itu pejabat yang bertanggung jawab di Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

    Ketika Prestasi Ricky Elson sudah diakui oleh Pemerintah Jepang dan Dunia Internasional, Tapi ternyata pihak Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia justru seolah “MELECEHKAN” kemampuan dan JIWA NASIONALISME seorang Ricky Elson.

    Perlu pembaca tahu bahwa Ricky Elson merupakan putra terbaik asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura Jepang.

    Di Jepang Ilmunya sudah teramat sangat dihargai karena kehebatan dan prestasinya. Di Jepang ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.

    Ilmu anak Padang ini, sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang. Ia telah kembali ke tanah air, namun kini ia berencana untuk segera pulang kembali ke Jepang. Melalui akun facebooknya, pembuat kincir angin terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak ini mengaku, perusahaan di Jepang tempatnya bekerja dulu, terus mengirimi tawaran untuknya kembali. Apalagi menurutnya, saat ini Indonesia belum bersahabat untuk hasil-hasil karyanya.

    Mungkin lebih baiknya anda membaca lengkap kisah Ricky Elson dibawah ini yang saya kutipkan langsung dari jpnn.com (10/4/14).

    KARYA anak bangsa yang bisa membanggakan dunia, belum tentu mendapat tempat di negeri sendiri. Kekhawatiran Ricky Elson, si pembuat mobil listrik itu akhirnya terbukti. Ia pun tak ingin lama-lama kecewa. Daripada ilmunya sia-sia, kini si pemuda asli Padang ini memilih ingin kembali ke negeri Sakura.

    Sekian lama Ricky menunggu izin mobil listrik yang dibuatnya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan. Berharap mobil listrik bernama Selo dan Gendhis itu, dapat menjadi inspirasi kelahiran mobil listrik buatan anak negeri. Namun apa daya, izin mobil listrik buatan pria kelahiran Padang 11 Januari 1980 itu tak kunjung keluar. Bahkan terkesan digantung oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

    “Saya tak bisa lagi menahannya (untuk pulang ke Jepang). Dulu saya bermohon-mohon agar pemuda ini mau kembali ke Indonesia. Ilmunya soal mobil listrik sangat berguna. Tapi ternyata benar, ilmu itu tidak dihargai di negerinya sendiri. Dia masih muda, masa depannya masih panjang,”. Begitulah pernyataan kecewa yang diungkapkan Dahlan Iskan, perihal rencana Ricky kembali ke Jepang.

    Dahlan yang ditemui wartawan di rumahnya di Surabaya, Rabu (9/4) pantas kecewa. Semangatnya melahirkan mobil masa depan, mobil listrik buatan anak negeri, ternyata tidak mendapat sambutan baik dari koleganya di Kemenristek. Padahal untuk membuat mobil listrik, Dahlan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk memaksa Ricky mau kembali ke Indonesia, Dahlan sampai rela seluruh gajinya sebagai menteri diberikan pada Ricky.

    “Ricky ini sudah 14 tahun di Jepang. Ia sudah memiliki hak paten internasional mobil listrik di sana. Saya merayunya habis-habisan agar mau kembali ke Indonesia. Dia sempat takut dengan resiko gajinya turun dan belum tentu ilmunya dihargai. Saya terus yakinkan dia dan memberikan seluruh gaji saya tiap bulan untuknya. Saya minta dia membangun mimpi mobil listrik buatan anak Indonesia, akhirnya dia mau dan kita buat Tucuxi, Selo dan Gendhis,” kisah Dahlan mengenai awal perkenalannya dengan Ricky.

    “Namun ternyata, kekhawatiran Ricky terjadi. Ternyata sambutan dalam negeri (soal mobil listrik) tidak baik. Tidak ada kepastian dan tidak ada ketentuan yang jelas. Saya harus minta maaf pada Ricky. Saya bayangkan dulu orang dari luar negeri kalau pulang bisa dimanfaatkan, ternyata tidak,” tambah Dahlan masih dengan nada kecewa.

    Dahlan seolah kehabisan alasan untuk tetap menahan pemuda cerdas itu bertahan di Indonesia. Apalagi hingga saat ini, Kemenristek tak jua memberikan penjelasan, mengapa izin itu belum dikeluarkan. Padahal mobil-mobil listrik buatan Ricky, sudah pernah mejeng di acara KTT APEC di Bali.

    “Kalau sampai satu atau dua bulan ini tidak ada kejelasan, saya harus izinkan dia (Ricky) pulang ke Jepang. Dia ini anak muda yang cerdas. Masa depannya masih panjang. Saya tidak mau menggantung masa depannya dengan bertahan di Indonesia,” kata Dahlan.

    Izin yang Tak Kunjung Keluar

    Baca juga ni Mobil Listrik SELO dianggap Tidak Memenuhi Standar SNI tapi Mendapat dukungan dari Negera Luar

    Mobil listrik Tucuxi, Selo dan Gendhis telah lama selesai. Mungkin ini bukan mobil listrik pertama yang dibuat di Indonesia. Namun inilah jajaran mobil listrik yang pertama kali dikerjakan seluruhnya oleh putra putri bangsa.

    Untuk mendapatkan izin ketiga mobil listrik ini, pada awalnya Dahlan meminta surat izin mobil listrik kepada Kementerian Perhubungan, namun kementerian tersebut tidak bisa memberikan izin.

    “Akhirnya Kemenhub dan Menristek bicara dan akhirnya urus izin di Menristek. Ini sedang kita urus,” kata Dahlan menjawab wartawan beberapa bulan lalu.

    Namun seiring berlalunya waktu, izin dari Kemenristek tak kunjung ada kejelasan. Padahal Menristek Gusti Muhammad Hatta pernah memuji mobil listrik Selo saat melakukan ujicoba.

    Berbagai carapun sudah ditempuh bekas Dirut PLN ini agar mengantongi izin menggunakan mobil bernama ‘Selo’ itu. Dari mengirim pesan singkat (SMS), telephone, hingga mengirimkan surat pribadi pada Kemenristek. Hanya saja, upayanya hingga kini tak berbuah manis.

    “Saya sudah kirim surat pribadi, sebagai salah satu orang yang bisa kendarai mobil listrik itu untuk uji coba. Sampai sekarang enggak dibales. Saya udah SMS, telepon juga sudah. Jawabannya cuma ‘ya’ saja, tapi tidak dikasih izinnya,” papar Dahlan heran.

    Menteri yang ogah pakai pengawalan ini juga bingung, beberapa bus listrik yang juga masih nangkring di Kemenristek masih kesulitan keluar izinnya. Padahal secara tak langsung, bus-bus listrik itu sudah melewati jarak jauh, dari Jakarta-Bandung-Yogjakarta-Jakarta.

    “Kalau mobil listrik warna hijau waktu itu pernah saya kendarai sendiri sampai 1000 km. Maksud saya gitu, kalau saya pakai dulu terus baru dikritik apanya saja yang kurang, tapi ini mau dipakai enggak bisa,” sesal mantan Dirut PLN ini.

    Perkenalan Ricky Elson dengan Dahlan Iskan
    Saat kunjungannya ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Kaltim Pos (Grup JPNN) sempat membuat laporan mengenai sosok Ricky Elson. Pemuda kelahiran tahun 1980 ini menempuh pendidikan sarjana hingga program master di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga dilirik seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.

    Meski sempat kesulitan, Ricky berhasil beradaptasi. Bahkan, dia jadi andalan di perusahaan tersebut. Banyak pelajaran berharga didapatkan Ricky di sana. Terutama untuk menumbuhkan semangat kerja. Di perusahaan tersebut, kalimat motivasi jadi cambuk semangat karyawan. Yakni; segera kerjakan, pastikan kerjakan, dan kerjakan sampai selesai!

    Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang punya pengertian sendiri bagi setiap jenjang pendidikan. S-1 misalnya. Artinya jenjang ini sekadar tahu bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan S-2, bagaimana menemukan masalah dan menyelesaikannya. Terakhir, S-3 adalah bisa membuat masalah dan memecahkannya sendiri.

    Berbagai filosofi Negeri Samurai ini rupanya membentuk karakter Ricky menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di Nidec Corporation, dia berhasil jadi andalan. Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya sang Putra Petir ini.

    Adapun Nidec Corporation bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.

    Selama 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.

    Namun demikian, di tengah kariernya yang sedang bagus, Ricky memilih kembali ke Indonesia. Dia turut membeberkan alasannya pada para mahasiswa kemarin. Pertemuan Ricky dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata menjadi titik segalanya.

    Bermula dari pertemuan sekitar 3 jam itu, Dahlan melobi Ricky untuk pulang dan berkarya di Tanah Air.

    Bagi Ricky, pertemuan serupa bukan hal baru. Ada beberapa tokoh nasional yang sebelumnya menemui Ricky dan menawarkan untuk bekerja di Indonesia. Dia dijanjikan banyak hal yang barang tentu menggiurkan. Gaji tinggi mulai puluhan juta sampai ratusan juta rupiah, hingga diberi perusahaan, sudah biasa didengarnya. Tapi dia selalu menolak. Kenapa kali ini berubah?

    “Yang saya tangkap, Pak Dahlan Iskan itu berbeda. Dia tak kasih janji-janji. Hanya berkata ‘Sudah cukup Anda kerja di luar negeri. Maukah ikut dengan saya? Kita bersama-sama berbuat untuk Indonesia’,” ucap Ricky menirukan percakapan dengan Dahlan Iskan saat itu.

    “Beliau sangat paham. Dia minta saya pulang. Saya pun tak tahu kenapa tak menolak padahal yang lain berani menggaji hingga dua kali lipat dari yang saya terima kala itu,” sambungnya.

    Dahlan yang mengetahui bahwa tenaga dan pikiran Ricky dihargai sangat tinggi, saat itu mengaku tak bisa memberikan hal serupa.

    Namun supaya Ricky mau, Dahlan tanpa pusing-pusing langsung menawarkan gajinya sebulan sebagai menteri BUMN, untuk menjadi bayaran Ricky tiap bulan.

    Berkat kesamaan visi membangun Indonesia, akhirnya kesepakatan tercapai. Apalagi, dia bertekad mau membalas jasa para guru yang membantunya bisa kuliah hingga ke Jepang. Ricky pun balik ke Indonesia dan memulai proyek mobil listrik Indonesia.

    Selo dan Gendhis, mobil listrik karya Ricky yang sekarang jadi sorotan. Karya anak bangsa tak kalah dengan mobil sport buatan luar negeri. Padahal, durasi pengerjaannya hanya lima bulan. Selo memiliki kecepatan 250 kilometer per jam sedangkan Gendhis 180 kilometer per jam. “Karena mengejar untuk ditampilkan di APEC, motor dan controller-nya masih pakai buatan luar negeri,” sebutnya.

    Menurut Ricky, langkah membuat mobil listrik saat ini sudah tepat. Beberapa waktu ke depan, dunia diprediksi beralih ke kendaraan listrik. Ini kesempatan buat Indonesia untuk memulai industrinya. Bahkan, bukan hanya Indonesia, seluruh negara saat ini turut berproduksi mobil listrik.

    “Jika tidak dari sekarang, puluhan tahun lagi akan dipertanyakan apa produksi Indonesia,” ucap Ricky. “Indonesia butuh penggagas. Dari sini diharapkan lahir pengembang mobil listrik lain,” sambungnya.

    Cerita di balik pemberian nama mobil listrik karya Ricky ini turut dibeberkan. Mulanya, mobil tersebut bakal dinamai Gundala. Nama itu diambil dari tokoh fiksi pahlawan super yang dijuluki Putra Petir. Tapi, Gundala terlanjur jadi nama komik. Hingga muncul nama Selo dari legenda Ki Ageng Selo yang dikenal dapat menangkap petir. Akhirnya nama inilah yang didaulat jadi nama mobil listrik Indonesia dengan model sedan sport.

    “Kalau Gendhis, memang ingin dicari yang manis untuk mendampingi Selo. Jadi diambillah Gendhis yang artinya gula dari Bahasa Jawa,” imbuhnya.

    Segera Pulang ke Jepang
    Meski asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura. Di sana, ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.

    Ilmu anak Padang ini, sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang. Ia telah kembali ke tanah air, namun kini ia berencana untuk segera pulang kembali ke Jepang. Melalui akun facebooknya, pembuat kincir angin terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak ini mengaku, perusahaan di Jepang tempatnya bekerja dulu, terus mengirimi tawaran untuknya kembali.

    Apalagi menurutnya, saat ini Indonesia belum bersahabat untuk hasil-hasil karyanya. Oh Indonesiaku… :-(

    UPDATE!

    Ricky Elson memilih untuk tetap di Indonesia, Merinding saya mendengar jiwa Nasionalismenya yang begitu besar untuk bangsanya, Negara Kesatuan Republik Indonesia!!

    Walau bangsa ini banyak mengecewakanya, tapi saat ini Ricky Elson terus bekerja keras dengan karyanya membangun bumi tempat dilahirkanya, Indonesia!

    Do’a kami selalu menyertaimu !

    Sumber: http://silahkanshare.com/

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Seorang mahasiswa penerima bidikmisi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2013, Fitarahmawati menorehkan prestasi yang membanggakan. Dia memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,92.

    Putri sulung Ngusman dan Wulaningsih yang berprofesi sebagai petani ini diterima di prodi pendidikan biologi Fakultas MIPA UNY melalui jalur SBMPTN. Warga desa Kreo, Kalijajar, Wonosobo tersebut mengaku didukung oleh orangtuanya untuk kuliah.

    “Namun seandainya tidak mendapatkan beasiswa harus mau kuliah di mana saja yang orangtua mampu membiayai” ujar Fita, sapaan akrabnya di Kampus UNY, Kamis (19/11/2015).

    Bersyukur dia diterima di UNY melalui jalur bidikmisi sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pendidikannya. Fita mengaku suka biologi karena terinspirasi oleh guru biologi saat irinya ada di bangku SMP.

    “Penerapannya luas pada kehidupan keseharian. Contohnya memilih makanan yang baik, pola hidup atau kesehatan,” kata Fita.

    Gadis kelahiran Wonosobo, 6 Juni 1995 itu selalu mengerjakan tugas minimal satu jam sehari. Selain itu dia juga selalu mencatat apa yang disampaikan dosen dan bertanya apabila ada hal yang belum dipahami.

    Alumni MAN Kalibeber Wonosobo itu selain aktif dalam organisasi mahasiswa Hima Biologi FMIPA dan HMI UNY, juga berhasil membuat sejumlah program kreativitas mahasiswa, diantaranya tepung belimbing wuluh sebagai obat diabetes dan batik bermotif anatomi daun pinus sebagai inovasi keindahan batik biologi.

    Sumber: Solopos

    ,

    Sepeda Motor Elpiji Karya Seorang Guru Temanggung

    Seorang guru dari Temanggung, Jawa Tengah bapak Sri Suryana Dwi Atmaja telah berhasil membuat terobosan baru dalam penggunaan bahan bakar sepeda motor. Beliau memodifikasi sepeda motor dengan bahan bakar gas (Elpiji). Meskipun beliau hanya seorang guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Temanggung. Sri memastikan sepeda motor BBG hasil modifikasinya, selain ramah lingkungan, juga irit.

    Alat ciptaan Sri berbeda dengan kendaraan sejenis lainnya yang menggunakan BBG. Jika kendaraan lain suplai gas mengubah karburator, hasil kreasin Sri tanpa mengubah karburator sekalipun. Jadi, sewaktu-waktu mudah untuk beralih ke premium lagi.

    Alat utama dalam sepeda motor BBG buatan Sri adalah converter. Alat ini berfungsi mengukur gas yang akan masuk ke karburator melalui selang regulator. Converter itu pun berfungsi sebagai penyeimbang angin.

    Sri mengaku butuh waktu hampir 2 tahun untuk menciptakan sepeda motor BBG hingga sempurna. Biaya yang dikeluarkan selama percobaan hingga jadi sekitar Rp1 juta. Ia melakukan inovasi tersebut karena prihatin terhadap kelangkaan premium yang terjadi dimana-mana serta isu naiknya harga premium.

    Menurut Sri, dengan elipiji ukuran 3 kilogram pada motornya bermesin 100 cc, mampu menempuh jarak sekitar 200 hingga 250 kilometer. Sementara jika dengan premium, hanya mampu menempuh jarak sekitar 150 kilometer.

    Untuk sementara Sri hanya memasang temuannya pada kendaraan 4 tak. Diharapkan dengan adanya penemuan tersebut, masyarakat tak lagi bergantung pada BBM premium yang semakin langka dan harganya terus melambung.

    Sumber: http://www.indonesiaberprestasi.web.id/

    ,

    Arfi'an Fuadi-M. Arie Kurniawan

    Prestasi Anak Bangsa. Kebanyakan masyarakat masih beranggapan bahwa makin tinggi ijazah, maka penguasaan teknologi sang pemegang ijazah pun makin tinggi dan makin tinggi penghasilannnya. Benarkah? Kisah nyata di bawah ini mematahkan anggapan tersebut. Lulusan SMK di pelosok Indonesia pun bisa mengalahkan para pakar yang sudah lama malang melintang di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Apabila kita bertandang ke rumah orangtua Arfi’an Fuadi (Arfi) dan adiknya M. Arie Kurniawan (Arie) kita akan menemukan sebuah ruangan kecil di sebelah ruang tamu. Di dalam ruang kecil tersebut ada tiga 3 komputer. Di ruangan kecil itulah kedua kakak beradik itu bersama dua karyawannya mengerjakan order design engineering dari berbagai negara.

    Prestasi dua bersaudara ini di dunia rancang teknik internasional amat luar biasa. Tahun lalu Arie memenangi kompetisi 3 dimensi (3D) design engineering untuk jet engine bracket (penggantung mesin jet pesawat) yang diselenggarakan General Electric (GE) Amerika Serikat. Arie mengalahkan sekitar 700 peserta dari 56 negara.

    ”Lomba ini membuat alat penggantung mesin jet seringan mungkin dengan tetap mempertahankan kekuatan angkut mesin jet seberat 9.500 pon. Saya berhasil mengurangi berat dari 2 kilogram lebih menjadi 327 gram saja. Berkurang 84 persen bobotnya,” jelas Arie pada Senin 4 Agustus 2015.

    Gilannya, Arie mengalahkan para pakar di bidang design engineering yang tingkat pendidikannya sangat jauh di atas dirinya.

    Bayangkan saja, juara kedua diraih seorang PhD dari Swedia yang bekerja di Swedish Air Force. Sedangkan yang nomor tiga lulusan Oxford University yang kini bekerja di Airbus. Tingkat pendidikan Arie hanya lulusan SMK Teknik Mekanik Otomotif.

    Sekilas memang tak masuk akal. Bagaimana bisa seorang lulusan SMK yang belum pernah mendapatkan materi pendidikan CAD (Computer Aided Design), suatu program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk, mampu mengalahkan Profesor dan lulusan S-3 yang bekerja di perusahaan pembuat pesawat

    Rupanya, ilmu utak-atik desain teknik itu diperoleh dan didalami Arie dan Arfi, secara otodidak. Hampir setiap hari keduanya melakukan berbagai percobaan menggunakan program di komputernya. Mereka juga belajar dari referensi-referensi di berbagai situs internet tentang design engineering.

    ”Terus terang dulu komputer saja kami tidak punya. Kami harus belajar komputer di rumah saudara. Lama-lama kami jadi menguasai. Bahkan, para tetangga yang mau beli komputer, sampai kami yang disuruh ke toko untuk memilihkan,” kenang Arfi.

    Sebelum menjadi profesional di bidang desain teknik, dua putra keluarga A. Sya’roni itu ternyata harus banting tulang bekerja serabutan membantu ekonomi keluarga. Arfi yang lulusan SMK Negeri 7 Semarang pada 2005 pernah bekerja sebagai tukang cetak foto, di bengkel sepeda motor, sampai jualan susu keliling kampung.

    Sang adik juga tak jauh berbeda, jadi tukang menurunkan pasir dari truk sampai tukang cuci motor.

    Baru pada tahun 2009 Arfi bisa menyalurkan bakat dan minatnya di bidang program komputer. Pada 9 Desember 2009 dia memberanikan diri mendirikan perusahaan di bidang design engineering. Namanya D-Tech Engineering Salatiga. Saksi bisu pendirian perusahaan tersebut adalah komputer AMD 3000+. Komputer itu dibeli dari uang urunan keluarga dan gaji Arfi saat masih bekerja di PT Pos Indonesia.

    Kakak beradik Arfi’an Fuadi dan M. Arie Kurniawan berpose di ruang kecil di rumah kedua orangtua mereka yang dijadikan kantor desain teknik D-Tech Engineering

    ”Gaji saya waktu itu sekitar Rp 700 ribu sebagai penjaga malam kantor pos. Lalu ada sisa uang beasiswa adik dan dibantu Bapak, jadilah saya bisa membeli komputer ini,” kenangnya.

    Setelah berdiskusi dengan sang adik, Arfi pun menetapkan bidang 3D design engineering sebagai fokus garapan mereka. Sebab, dia yakin bidang itu booming dalam beberapa tahun ke depan. ”Kami pun langsung belajar secara otodidak aplikasi CAD, perhitungan material dengan FEA (Finite Element Analysis), dan lain-lain,” jelasnya.

    Tak lama kemudian, D-Tech menerima order pertama. Setelah mencari di situs freelance, mereka mendapat pesanan desain jarum untuk alat ukur dari pengusaha Jerman. Si pengusaha bersedia membayar US$ 10 per set. Sedangkan Arfi hanya mampu mengerjakan desain tiga set jarum selama dua minggu.

    ”Kalau sekarang mungkin bisa sepuluh menit jadi. Dulu memang lama karena kalau mau download atau kirim e-mail harus ke warnet dulu. Modem kami dulu hanya punya kecepatan 2 kbps. Hanya bisa untuk lihat e-mail.”

    Di luar dugaan, garapan D-Tech menuai apresiasi dari si pemesan. Sampai-sampai si pemesan bersedia menambah US$ 5 dari kesepakatan harga awal. ”Kami sangat senang mendapat apresiasi seperti itu. Dan itulah yang memotivasi kami untuk terus maju dan berkembang,” tegas Arfi.

    Sejak itu order terus mengalir tak pernah sepi. Model desain yang dipesan pun makin beragam. Mulai kandang sapi yang dirakit tanpa paku yang dipesan orang Selandia Baru sampai desain pesawat penyebar pupuk yang dipesan perusahaan Amerika Serikat.

    ”Pernah ada yang minta desain mobil lama GT40 dengan handling yang sama. Untuk proyek itu, si pemilik sampai harus membongkar komponen mobilnya dan difoto satu-satu untuk kami teliti. Jadi, kami yang menentukan mesin yang harus dibeli, sasisnya model bagaimana dan seterusnya. Hasilnya, kata si pemesan, 95% mirip,” jelasnya.

    Selama 5 tahun ini, D-Tech telah mengerjakan sedikitnya 150 proyek desain. Tentu saja hasil finansial yang diperoleh pun signifikan. Mereka bisa membangun rumah orang tuanya serta membeli mobil. Tapi, di sisi lain, capaian yang cukup mencolok itu sempat mengundang cibiran dan tanda tanya para tetangga.

    ”Kami dicurigai memelihara tuyul. Soalnya, pekerjaannya tidak jelas, hanya di rumah, tapi kok bisa menghasilkan uang banyak. Mereka tidak tahu pekerjaan dan prestasi yang kami peroleh,” cerita Arfi seraya tertawa.

    Sayangnya, dari 150 proyek itu, hanya satu yang dipesan klien dalam negeri. ”Satu-satunya klien Indonesia adalah dari sebuah perusahaan cat. Mereka beberapa kali memesan desain mesin pencampur cat,” lanjutnya.

    Meski punya segudang pengalaman dan diakui berbagai perusahaan internasional, Arfi dan Arie masih belum bisa berkiprah di desain teknik Indonesia. Penyebabnya, mereka hanya berijazah SMK.

    ”Kalau ditanya apakah tidak ingin membantu perusahaan nasional, kami tentu mau. Tapi, apakah mereka mau? Di Indonesia kan yang ditanya pertama kali lulusan apa dan dari universitas mana,” ujarnya.

    Stigma ”hanya berijazah SMK” ditambah sistem pendidikan Indonesia yang dinilai kurang adil itulah yang ikut mengandaskan keinginan Arie melanjutkan pendidikan ke jenjang S-1 di Teknik Elektro Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Arie tidak bisa masuk jurusan itu karena hanya lulusan SMK mekanik otomotif.

    ”Saya ingin kuliah di jurusan itu karena ingin memperdalam ilmu elektro. Kalau mesin saya bisa belajar sendiri. Tapi, saya ditolak karena kata pihak Undip jurusannya tidak sesuai dengan ijazah saya. Padahal, lulusan SMA yang sebenarnya juga tidak sesuai diterima. Ini kan tidak adil namanya,” cetus Arie.

    Meski ditolak, Arie tidak kecewa. Bersama sang kakak, dia tetap ingin menunjukkan prestasi yang mengharumkan nama bangsa. Dan itu telah dibuktikan dengan menjuarai kompetisi design engineering di Amerika yang diikuti para ahli dari berbagai negara. Selain itu, mereka tak segan-segan menularkan ilmunya kepada anak-anak muda agar melek teknologi 3D design engineering.

    ”Ada beberapa anak SMK yang datang ke kami untuk belajar. Sekarang ada yang sudah kerja di bidang itu. Ada juga yang bakal ikut kompetisi Asian Skills Competition sebagai peserta termuda,” jelasnya.

    Mereka juga punya keinginan mengembangkan teknologi energi terbarukan. Salah satunya dengan mengembangkan desain pembangkit listrik tenaga angin.

    ”Kami bekerja sama dengan anak-anak SMK untuk mengembangkan biodiesel dari minyak jelantah. Lalu, Mas Ricky Elson (pembuat mobil listrik yang dibawa Dahlan Iskan dari Jepang) pernah menghubungi lewat Facebook, ingin menjalin kerja sama dengan kami. Tentu saja kami terima,” ungkapnya.

    Dengan semua upaya itu, mereka punya satu impian, yakni mengembangkan sumber daya lokal Salatiga untuk menjadikan kota kecil itu pusat pengembangan manufaktur teknologi kelas dunia. Layaknya Silicon Valley di San Francisco, Amerika Serikat.

    ”Kami ingin membuktikan bahwa Indonesia bisa menjadi pusat industri manufaktur dunia. Terlebih lagi, teknologi 3D printing bakal menjadi tulang punggung industri masa depan. Itulah kenapa 3D design engineering sangat penting,” tandasnya.

    Makin tinggi ijazah, berarti makin pintar dan makin besar penghasilan?

    ,

    Kendaraan Tempur Laut Made in Indonesia

    Prestasi Anak Bangsa. Dalam pameran industri pertahanan yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) juga memajang hasil karyanya sendiri yakni sebuah kendaraan tempur laut, speedboat Sub Skimmer.

    Speedboat Sub Skimmer adalah kendaraan operasi tempur di laut yang sangat efektif dan praktis, karena mempunyai kemampuan bermanuver di permukaan laut sekaligus dapat menyelam di dalam air.

    Sub Skimmer, perahu karet buatan PT Prima Maritim, rekanan TNI untuk pembuatan alutsista. Sekilas Sub Skimmer memang seperti perahu karet biasa lainnya. Namun peralatan dan teknologi cukup canggih yang dipasang, membuat perahu karet yang ini lebih luar biasa.

    Menurut Toto Wirawan dari PT Prima Maritim selaku produsen sub skimmer mengatakan, kendaraan tersebut merupakan hasil kerja keras perusahaannya. Dan kini TNI Angkatan Laut berniat memproduksi massal kendaraan perahu karet tersebut. Sub skimmer mampu menyelam hingga kedalaman 4 meter.

    “Waktu yang dibutuhkan untuk pindah dari atas permukaan ke bawah permukaan air hanya sekitar satu menit,” kata Serda Wika dalam bincang-bincang dengan maiwanews di lokasi pameran, Jumat, 12 November 2010 sore.

    Sub Skimmer yang dipajang di area out door Indo Defence 2010 tersebut, merupakan hasil pengembangan dan rekayasa Dislitbangal TNI-AL. Dalam proses rancang, pembangunan dan uji coba, Dislitbangal hanya butuh waktu setahun untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

    Dengan ditopang kekuatan mesin utama 85 horse power (HP), speedboat yang berdimensi 5,5 x 2 meter ini mampu melaju dengan kecepatan 20 knot di atas permukaan air dan 2-4 knot saat berada di bawah permukaan air.

    Kendaraan ini cukup ringan karena menggunakan bahan dasar fiber-glass reinforced polyester (FRP). Namun Wika belum bisa menjelaskan berapa biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu buah speedboat itu.

    Untuk memproduksi secara massal, Wika mengatakan, tinggal menunggu keputusan pimpinan dalam hal pendanaan. Menurutnya, beberapa negara menyatakan tertarik dengan produk pertahanan berpenumpang 4 orang itu, diantaranya Singapura.

    Pihak Singapura, lanjut Wika, juga sebelumnya sudah berupaya mengembangkan produk serupa, namun hingga memakan waktu tiga tahun, mereka belum juga berhasil dalam uji coba. “Mereka antusias minta diundang jika TNI-AL melakukan uji coba Sub Skimmer itu,” kata Wika.

    ,

    pesawat N-219

    Prestasi Anak Bangsa. Setelah sekian lama mati suri, produksi pesawat dalam negeri mulai bangkit kembali. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan segera melakukan roll out pesawat karya anak bangsa, N-219. Rencananya prosesi roll out ini akan dilakukan pada November dan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

    Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana mengatakan Pesawat N-219 sengaja dirancang untuk menghubungkan warga di wilayah terpencil ke wilayah-wilayah lain. Pasalnya, pesawat dengan kapasitas penumpang 19 orang ini memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek serta di landasan yang tidak beraspal.

    Selain itu, pesawat N-219 juga mudah dioperasikan di berbagai daerah terpencil dan memiliki kabin terluas di kelasnya. "Teknologi Pesawat N-219 juga menggunakan teknologi terbaru dan terdepan," ujar Andi di gedung PT. Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran pada Rabu (4/11).

    Pesawat N-219, lanjut Andi, juga didukung teknologi yang memungkinkan pesawat dengan multihop capbility fuel tank ini melakukan terbang rendah dengan kecepatan yang juga sangat rendah, yaitu mencapai 59 knot.

    Selain itu, Pesawat N-219 ini juga dapat beroperasi dengan ground support equipment yang minim dan memiliki landing gear tetap. Hal tersebut, terang Andi, membuat pemeliharaan Pesawat N-219 lebih mudah dengan biaya yang lebih ringan.

    Saat ini, Andi mengatakan persiapan Pesawat N-219 untuk prosesi roll out sudah mencapai 90 persen. Andi juga menargetkan proses sertifikasi Pesawat N-219 dapat rampung pada 2017 mendatang. Setelah proses sertifikasi rampung, Andi mengatakan Pesawat N-219 bisa segera diproduksi untuk kemudian dipasarkan.

    "Terkait Letter of Intent, kalau dilihat dari jumlah, paling banyak dari airlines swasta, yang tak kalah menarik dari beberapa Pemda juga ada. Ini membuktikan apa yang kami rancang dan susun dapat diterima masyarakat," lanjut Andi.

    Yang tak kalah menarik, pembuatan Pesawat N-219 ini juga melibatkan tenaga-tenaga teknis muda. Chief Engineering N-219 Palmana Bhanandhi mengatakan dalam area design and analysis engineering yang melibatkan hampir 150 engineer, 60 di antaranya merupakan engineer baru.

    - See more at: http://www.konfrontasi.com/content/teknologi/pesawat-n-219-karya-anak-bangsa-yang-membanggakan#sthash.3gvEBQKu.dpuf

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Satu lagi karya anak bangsa yang tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia, Miris banget deh. Kompor Buatan Dosen ini malah Diproduksi di Norwegia lho. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia masih kalah dengan negara-negara maju lainnya. Bahkan masih kalah dengan negara dalam regional Asia Tenggara, misalnya Singapura dan Filipina.

    Sebenarnya, kemampuan pengetahuan orang-orang Indonesia juga bagus. Jangan diremehkan, orang Indonesia juga bisa membuat mobil tenaga surya. Ada juga yang bisa menciptakan mesin-mesin baru yang diakui dunia. Bahkan, ada orang Indonesia yang diminta Jepang untuk menetap di Jepang karena pengetahuannya yang tinggi.

    Kisah ini seperti yang dialami oleh seorang dosen Fakultas MIPA di Universitas Brawijaya, Muhammad Nurhuda. Beliau sudah melakukan penelitian mengenai kompor biomassa dan sudah mempraktekkannya.

    Kompor ini jauh lebih baik dibanding dengan kompor minyak yang biasa dipakai masyarakat. Kompor biomassa ini menggunakan bahan bakar kayu cacah, atau kayu pepohonan yang dapat diambil gratis di pedesaan.

    Tak hanya kayu-kayu itu, bahan bakar kompor ini juga bisa menggunakan pelet sawit dan butiran kayu. Selain lebih ramah lingkungan, menggunakan pelet sawit dan butiran kayu dapat membuat aroma masakan yang dimasak lebih harum.

    Namun, masyarakat malah enggan menggunakannya. Respon terhadap temuan Muhammad Nurhuda ini sepi diminati kalangan pasar dalam negeri, malah lebih sukses di luar negeri yaitu di Norwegia, dan telah diproduksi massal di negara tersebut.

    Selain di Norwegia, pemasaran dan produksi biomassa yang ditangani pihak ketiga yaitu Primecookstove ini juga dipasarkan di negara lain, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja, dan negara lain di belahan Benua Afrika.

    Ironis memang, karya anak bangsa tidak diminati di negaranya sendiri, malah negara lain yang menyukainya. Entah apa yang ada di benak kita masyarakat Indonesia, tidak tergugahkah kita dengan temuan anak bangsa? Tidak banggakah ketika anak bangsa membuat harum nama Indonesia?

    Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan perlu ditanamkan pada seluruh warga Indonesia. Juga harus ditanamkan kesadaran tentang rasa cinta terhadap produk dalam negeri.

    Pemerintah pun seharusnya lebih memperhatikan hal seperti ini. Sayang jika temuan anak bangsa malah dipatenkan di negara lain. Setelah diklaim negara lain, baru pemerintah angkat bicara.

    Ayo warga Indonesia, cintailah produk Indonesia dan kembangkan selalu ilmu pengetahuanmu!

    Sumber: http://www.catatankecilku.net/

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Kamu mungkin tak asing dengan knolgi 4G LTE adalah teknologi yang banyak digunakan oleh produsen smartphone di seluruh dunia. Teknologi jaringan internet super cepat ini membuat proses transfer data lebih cepat dan lebih stabil dibandingkan teknologi 3G yang selama ini banyak dikenal orang. Namun, apakah Anda tahu siapa penemunya?

    Prof. Khoirul Anwar merupakan penemu sekaligus pemegang hak paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Sistem ini mampu menurunkan energi hingga 5dB atau 100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan.

    Hasil temuan anak bangsa tersebut sejauh ini telah digunakan perusahaan elektronik besar asal Jepang. Selain itu teknologi ini tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi asal Tiongkok, Huawei Technology.

    Pria asal Kediri ini adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan cumlaude di 2000. Setelah itu dia melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Khoirul juga sempat menerima penghargaan IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.

    Ide awalnya Khoirul mencoba mengurangi daya transmisi guna meningkatkan kecepatan laju data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi justru meningkat.

    Di sisi lain pada paten keduanya, Khoirul menghapus sama sekali guard interval/GI. Hasilnya membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan. Kemudian Khoirul mengkombinasikannya dengan algoritma khusus di laboratorium. Efeknya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.

    ,

    Pengganti Gula dari Limbah Singkong

    Prestasi Anak Bangsa. Wao... Banyak orang takut akan diabet hal ini memicu para mahasiswa untuk melakukan beberapa riset seperti halnya empat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menemukan bahan pengganti gula rendah kalori dari limbah singkong. Penemuan ini membuat mereka dianugerahi medali emas oleh WIFFA setelah bersaing dengan beberapa negara di Asia dan Eropa dalam ajang yang dilaksanakan di Makau, Hongkong, beberapa waktu lalu.

    Keempat mahasiswa ini adalah Galih Nugraha (22) asal Tasikmalaya, Putri Vionita (21) asal Banyuwangi, Faraouq (22) asal Cilacap, dan Abdul Aziz (22) asal Boyolali. Keempat mahasiswa ini pun mewakili Indonesia di kancah internasional, dan membuat kagum mata dunia setelah berhasil dengan penemuannya dalam memanfaatkan bahan yang biasa dibuang oleh masyarakat Indonesia.

    Galih Nugraha mengatakan, awalnya mereka menilai banyaknya limbah singkong yang dibuang oleh para warga umumnya sudah tak bermanfaat dan akan mudah didapatkan jika dipakai sebagai bahan baku. Setelah melakukan beberapa riset dan penelitian, mereka pun berhasil membuat gula dari limbah singkong tersebut karena di dalam limbah tersebut terdapat kandungan glukosa yang sangat banyak.

    "Kami awalnya melihat limbah singkong akan mudah didapatkan untuk bahan baku. Setelah kami melakukan penelitian, kami temukan kandungan glukosa, dan bisa dibuat gula beku rendah kalori," kata Galih.

    Galih yang merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian IPB ini pun menunjukkan pembuatan gula rendah kalorinya yang sangat sederhana tersebut. Tak seorang pun menyangka bahwa limbah kulit singkong bisa dijadikan gula rendah kalori selain dari tebu. Temuan ini pun membuat mereka ditunjuk untuk mewakili Indonesia di mata dunia sebagai inovator atas beberapa temuan oleh beberapa negara.

    "Kami pun tak menyangka kalau temuan kami bisa membawa nama harum Indonesia di mata dunia," kata Galih.

    Sementara itu, Putri Vionita menuturkan, pembuatan gula rendah kalori dari singkong ini sangat mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang. Kulit singkong dibersihkan dan dicuci hingga bersih kemudian direndam beberapa jam.

    Hasil pencucian selanjutnya digiling memakai blender sampai halus, kemudian diamkan bahan tersebut selama dua hari. Berikutnya, kulit singkong yang telah didiamkan dimasak dengan diberi enzim. Setelah dimasak, maka bahan akan langsung menjadi gula. Dinginkan bahan di lemari es sampai membeku, kemudian bisa langsung dikonsumsi.

    "Prosesnya sederhana, dan mungkin sekali bisa diproduksi pasar. Ongkosnya pun sangat murah. Harapan kami, kalau penemuan ini bisa diproduksi, (Indonesia) tak usah impor gula lagi dari luar negeri," tambah Putri.

    Harapan para mahasiswa ini pun mengarah pada pengurangan impor gula oleh Indonesia jika bahan tersebut diproduksi secara massal. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai penghasil singkong di dunia.

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Lumpur biasanya jadi muatan yang banyak dihindari. Bentuknya yang cair atau lembek, dan berwarna kelam seolah menjelaskan jika tanah lunak ini tidak bermanfaat. Adapun, ada sejumlah lumpur yang mampu berkontribusi bagi kehidupan manusia.

    Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA UNY, Latiansyah, Novika Indriyani, Atini Wahyu Utami dan Dwi Meyliana, berusaha membuktikan jika limbah juga dapat bermanfaat dengan penelitian yang mereka kerjakan selama April-Juni 2012 berjudul Bio-Baterai dari Lumpur Sebagai Alternatif Energi Listrik di Masa Depan.

    “Judul penelitian ini dari dosen kami yang memang pakar ilmu kimia fisika. Dari beberapa topik, beliau mengarahkan kami untuk memanfaatkan lumpur aktif menjadi bio baterai,” kata Atini saat ditemui belum lama ini.

    Dari petunjuk itu, lanjutnya, semula keempat mahasiswa ini akan mengambil contoh lumpur aktif di IPAL Bantul. Namun niat itu digagalkan karena kolam-kolam pengolahan limbah di tempat tersebut berukuran besar. Di sisi lain, pengolahan limbah daerah ini belum memiliki daftar distribusi mikroorganisme aerobik dalam lumpur aktif.

    “Kalau kami meneliti manfaat lumpur aktif, ditambah membuat daftar bakteri apa saja di IPAL Bantul akan makan biaya besar karena harus masuk lab [laboratorium] lagi,” sambung Novi.

    Alhasil, lokasi penelitian bergeser. PT Sari Husada Jogja menjadi pilihan berikutnya. Walau lokasinya lebih dekat dengan UNY, Atini menjelaskan bukan berarti penelitian ini mulus begitu saja. Sempat, langkah keempatnya tersandung masalah administrasi. Beruntung setelah negoisasi beberapa saat ditambah dukungan dari Dosen Pembimbing, Endang Widjajanti LFX, keempatnya dapat melakukan riset secepatnya.

    “Dari lumpur aktif ini diambil bakteri aerob. Observasi harus cepat-cepat, kalau enggak ya sudah tidak bisa dilakukan penelitian, harus diulang ke sana [PT Sari Husada] lagi,” jelasnya.

    Guna mengetahui komposisi energi yang terbaik, keempatnya sengaja melakukan percobaan untuk enam massa lumpur yang berbeda. Yakni dengan lumpur 25 gram, lumpur dan akuades dengan perbandingan 1:1, lumpur dan akuades dengan perbandingan 1:2, filtrat 25 gram, filtrat dan lumpur dengan perbandingan 1:1 serta filtrat dan lumpur dengan perbandingan 1:2.

    Dari keenam sample tersebut, diketahui lumpur 25 gram lumpur aktif memiliki kombinasi logam yang paling baik dan dapat dipergunakan sebagai elektroda. Bio-bakteri dengan lumpur aktif sebagai elektrolitnya adalan Cu-Mg dengan beda potensial terukur paling tinggi 1,624 volt. “Dari prototype yang kami buat, lumpur aktif ini dapat menghidupkan lampu LED lebih baik,” jelas Atini.

    Hanya diakuinya, penelitian ini masih menuai kendala tertentu, yaitu tidak dapat bertahan lama. Pasalnya bakteri yang ada tidak dapat bertahan lama. Atas petunjuk dari Dosen Pembimbing, keempatnya akan mengembangkan penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tingkat fakultas ini lebih lanjut.

    Wahhh ini cocok deh bagi para korban lumpur lapindo mungkin bisa menjadi pusat penerangan baru deh

    ,

    Camp Anak Kost Mobil Listrik Ciptaan Anak Indonesia

    Prestasi Anak Bangsa. Ricky Elson sebagai salah satu pencipta mobil listrik di Indonesia, mobil bertenaga listrik hasil rancangannya, SELO, dianggap tidak memenuhi standar yang ditentukan di Indonesia tapi dia berkeinginan membawa nama Indonesia ke kancah dunia.

    Pria asal Sumatera Barat yang pernah menetap di Jepang itu tidak patah arang. Ia bertekad terus konsisten mengembangkan kendaraan listrik tersebut. Ricky kini berjuang tanpa dukungan dari “orang atas”. Dulu, Menteri Dahlan Iskan memintanya pulang ke Indonesia dari Jepang untuk mengembangkan mobil ramah lingkungan ini di dalam negeri. Kini Ricky mendapat tawaran dana dari rekan sejawatnya di luar negeri yang ingin membantu risetnya.

    “Memang benar saya mendapat tawaran dari rekan saya untuk mengembangkan teknologi motor listrik yang sedang saya kerjakan saat ini,” ungkapnya

    Meskipun SELO tidak dapat memenuhi standar, Ricky tetap ingin berkarya di Indonesia. Kalaupun ada kesepakatan kerjasama dengan pihak lain, ia tetap ingin mobil itu diproduksi di dalam negeri. “Kalaupun terjadi kesepakatan kerjasama, saya ingin produksinya tetap di Indonesia. Saya hanya ingin terus berkarya untuk memberikan yang terbaik pada negeri ini,” ucapnya.

    Sukses yah mas Ricky Elson semoga Pemerintah Indonesia nyadar jika masih banyak Prestasi Anak Bangsa yang dibiarkan tampa ada dukungan. Hemm... Seperti halnya Mobil SMK masih ingetkah kamu, hilangkan dari peredaran Lambatnya Perkembangan Mobil Nasional Akankah Membutuhkan Investor Asing

    ,

    Prestasi Anak Bangsa

    Prestasi Anak Bangsa. Sushma Verma. Inilah bocah jenius dari India. Putri petugas kebersihan ini akan mencecap pendidikan PhD atau S3. Padahal usianya baru 15 tahun. Sungguh luar biasa.

    Kejeniusan Sushma sudah terlihat sejak berusia dua tahun, saat berhasil membaca kisah Ramayana di sekolah. Sejak itu, dia mencetak berbagai rekor. Pada 2005, saat berusia 5 tahun, dia sudah duduk di bangku kelas IX.

    Saat berusia tujuh tahun, Sushma masuk dalam daftar Limca Book of Records sebagai murid termuda yang menyelesaikan kelas X. Dan pada usia 13 tahun, dia lulus sarjana. Pada Juni silam, Sushma tak hanya lulus program MSc , tapi juga jadi jawara kelas. Nilai rata-ratanya 8. Keren bukan?

    Dan saat ini, remaja kelahiran Februari 2000 ini bersiap menjadi mahasiswa termuda untuk jenjang S3 Babasaheb Bhimrao Ambedkar University (BBAU) di Lucknow. Dia mendapat beasiswa setelah nangkring di peringkat ke tujuh dalam tes masuk uni universitas.

    "Saya sangat bahagia mencapai prestasi ini. Ini merupakan prestasi yang sangat besar. Saya berhutang budi kepada Prof RC Sobti, wakil rektor universitas, yang selalu mendukung saya dalam mencapai ini," kata Verma sebagaimana dikutip Dream dari Hindustan Times, Sabtu 25 Juli 2015.

    Bagi Sushma, belajar dengan orang-orang yang jauh lebih tua tak menjadi masalah. Dia bisa menyesuaikan diri dengan temanteman sekelas meski berusia lebih muda. "Belajar dengan murid lebih tua dariku bukanlah hal baru. Aku sudah terbiasa," kata Sushma.

    Sushma lahir dan tumbuh dari keluarga miskin. Sang ayah hanya bekerja sebagai petugas kebersihan. Sang ayah dan bunda buta huruf. Meski demikian, anak-anak mereka berotak cemerlang.

    Lihatlah kakak lelaki Sushma, Shailendra, hingga kini memegang rekor sebagai sarjana komputer yang lulus dengan usia paling muda. Shailendra berusia 14 tahun saat lulus sarjana pada 2007. Dia kini mengejar gelar MBS di Bangaluru.

    Sang ayah, Tej Bahadur, tak punya kata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya, selain bersyukur pada Tuhan. "Saya buta huruf dan tidak bisa membimbing anak-anak," ujar Tej Bahadur. 

    Sumber: http://www.dream.co.id/

    ,

    Mahasiswa UI Meraih Penghargaan Best Diplomacy Award

    Prestasi Anak Bangsa. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam Delegasi Universitas Indonesia Model United Nations Club (UI MUN Club) berhasil meraih empat penghargaan pada Asia Pacific Model United Nations Conference (AMUNC). Mereka adalah Adry Garcio, Sherley Mega Sandiori, Anyssa Rizka, dan Muhammad Ali Riza.

    Simulasi Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut dilaksanakan di Perth, Australia. Empat penghargaan yang berhasil diraih di antaranya Best Diplomacy Award dalam United Nations Development Programme (UNDP) , Best Diplomacy Award dalam United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), Honorable Mention dalam Special Political and Decolonization Committe (SPECPOL), Honorable Mention dalam League of Arab States (LAS).

    AMUNC sendiri merupakan sebuah ajang simulasi sidang PBB terbesar di Asia Pasifik. Di dalamnya terdapat simulasi yang menguji mahasiwa mengenai kemampuannya berdiplomasi dan wawasan yang mereka miliki terkait dengan isu-isu dunia. Selain itu, juga mengenai kemampuan berdebat, berunding dan mengajukan berbagai solusi yang baik untuk kepentingan nasional disetiap negara ataupun kepentingan dunia secara menyeluruh.

    Peserta tidak hanya ditantang untuk bisa mengungkapkan idenya secara verbal. Namun, juga diminta untuk bisa menaruh ide mereka dalam dokumen tulisan. Sama seperti yang dilakukan oleh para anggota PBB di dunia nyata.

    Sumber: okezone.com

    ,

    Mobil Listrik Indonesia

    Prestasi Anak Bangsa. Sejak mobil Kiat ESEMKA yang diberitakan di media massa, pembicaraan mengenai mobil nasional mengemuka kembali. Berita itu sedikitnya menjadi penawar harapan akan suatu karya bangsa  yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan patut dibanggakan. Kehebohan sebagai reaksi atas kenyataan ketidak-berdayaan kita menghadapi penguasaan asing terhadap industri dan pasar otomotif di ladang kita sendiri saat ini. Anggap saja kita sepakat bahwa yang disebut MOBNAS  adalah kendaraan yang majikannya adalah pengusaha lokal yang berkuasa atas kepemilikan merk lokal sehingga berkuasa menentukan nasib dan keberadaannya di pasar.

    Kita semua berharap MOBNAS hadir bermartabat menjadi wahana pengembangan kemampuan dan kapasitas industri baru, sehingga efektif jadi alat mencerdaskan dan menyejahterakan bangsa. MOBNAS harus bawa manfaat, tidak boleh sekedar lahir tetapi kemudian tidak berkembang sehingga  menjadi beban bagi masyarakat. Ukurannya jelas, penjualannya berkembang karena kualitas barangnya tepat seperti yang diharapkan sehingga  orang mau beli. Investasi yang akan dikeluarkan harus benar benar diamankan dengan argumentasi alasan dan perencanaan yang matang secara profesional.
                                                                                                                           
    Sayangnya, cerita pendatang baru lokal terakhir ini tampaknya tidak terlihat adanya persiapan untuk bisa penetrasi pasar dan berada selamat di dalamnya. Atau mungkin peluncuran wacana ini terlalu gempita oleh berbagai opini yang tidak konfirm, padahal sebetulnya baru tahap prototype. Sehingga secara teknis dan business belum ada persiapan serius untuk siap produksi. Tanpa persiapan yang matang MOBNAS akan dibilang dolanan, obong obong, jatuh menjadi cemoohan orang. Momentum MOBNAS akan hilang.

    Yang masih perlu terus diperdebatkan adalah wacana apa MOBNAS dan bagaimana sebaiknya MOBNAS ini dihadirkan. Apakah perlu MOBNAS masuk di mainstream pasar terbesar MPV dan SUV? Perlukah MOBNAS ditangani langsung oleh BUMN atau diserahkan saja kepada swasta? Bisa saja nanti akan ada banyak MOBNAS yang bisa mengisi pelangi berbagai kebutuhan yang ada. Tetap penting untuk dikawal agar investasi MOBNAS tepat guna agar bisa benar benar jadi kebutuhan sehingga mampu berkembang. Dalam hal ini publik berkepentingan agar investasi yang terjadi bukan akan menjadi suatu proyek lain yang teronggok. Hidup sukar mati tak mau, karena hanya sekadar memenuhi keharusan birokrasi tanpa passion dan kecintaan terhadap produk atau pekerjaan itu sendiri. Padahal kalau pemerintah mau ikut campur masuk industri ini, berarti uang itu uang rakyat, uang kita juga. Kata orang, memang paling enak usaha dengan memakai uang orang lain, bukan uang sendiri.

    Salah satu yang terpenting dan kritikal dalam memasuki bisnis otomotif ini adalah definisi produk MOBNAS itu sendiri. Diberitakan baru baru ini wacana menteri pengawasan BUMN  Dahlan Iskan untuk mengalokasikan anggaran Rp.5 Triliun untuk MOBNAS dengan kiat melompat ke depan, dengan wujud mobil listrik untuk menjawab sekaligus masalah alternatif energi selain BBM yang semakin langka, aspek lingkungan dan sebagainya.

    Untuk jangka panjang memang diperkirakan mobil listrik akan menjadi kebutuhan yang lebih besar, tetapi kenapa tidak semua mobil sekarang dibuat mobil listrik saja? Betulkah dalam 5 tahun kedepan mobil listrik adalah benar benar mobil yang kita perlukan?

    Perlu dicermati apa sebenarnya kendalanya sehingga mobil listrik belum berjaya sampai sekarang. Debat klasik mengenai hal ini bergulir terus sampai sekarang. Ada beberapa alasan yang biasa dipakai sebagai perbandingan mobil listrik terhadap mobil yang menggunakan BBM.

    OPERASIONAL MOBIL LISTRIK.
    Pertama, aspek operasional. Mobl listrik yang ideal, sebenarnya bila mobil itu sepenuhnya menggunakan energi listrik (Istilahnya mobil listrik plug-in). Mobil listrik plug-in ini punya dua kemungkinan sumber energi: pertama langsung dihubungkan dengan jaringan kabel, seperti trem jaman dulu. Pilihan ini membuat kendaraan listrik itu tidak bebas manuver. Cara lain, agar lebih bebas bergerak, mobil listrik  membawa batere penyimpan energi sementara untuk menggerakan motor listrik yang memutar roda. 


    Ternyata pilihan inipun masih memiliki banyak kendala. Terutama dari kelemahan teknologi baterenya yang masih belum bisa diatasi sampai saat ini. Harga awal mobil listrik masih tinggi. Biaya operasi tinggi karena harus sering ganti batere. Charging batere rata rata harus 8 jam,  bisa dipercepat menjadi setengah jam dengan charger khusus, tetapi memperpendek umur batere. Akselerasi mobil listrik belum memuaskan dan jangkauan operasi masih terlalu pendek, rata rata 150 mil tanpa isi kembali. Kalau batere kehabisan listrik di jalan juga Juga akan jadi masalah, diperlukan infrastruktur pelayanan agar bisa charging di jalan.

    Karena kelemahan kelemahan di atas, maka diperkenalkanlah kombinasi sumber daya dengan tetap menggunakan  bantuan mesin bensin atau diesel biasa yang digabungkan dengan sistem penggerak motor listrik, atau biasa disebut sistem Hybrid Elektrik. Ada yang dinamakan Hybrid elektrik seri, di mana mesin bensin atau mesin diesel tidak langsung menggerakkan roda. 


    Contohnya Chevrolet Volt yang cukup populer di Amerika saat ini. Seperti di lokomotif kereta api diesel, mesin BBM memutar generator yang mengisi batere, dan listrik dari batere memutar motor listrik penggerak roda. Dengan demikian BBM masih diperlukan, tetapi mesin bensin atau mesin diesel bisa diatur bekerja di daerah putaran dengan efisiensi hemat bahan bakar tertinggi.  Jadi bahan bakar lebih hemat dari mobil biasa. Tapi sistem ini perlu batere banyak dengan berat sekitar 180 kg dan makan ruangan. Sehingga masih mahal untuk saat ini.

    Selain itu ada hybrid elektrik paralel, dimana mesin BBM dan motor listrik bekerja bergantian. Contohnya Toyota Prius yang juga dipasarkan di Indonesia. Dengan sistem kontrol elektronik, mesin BBM bekerja bila dipelukan beban yang tinggi dan  motor listrik bekerja ketika lonjakan beban relatif tidak besar. Ada yang mencoba Hybrid dengan menggunakan fuel cell turunan teknologi ruang angkasa sebagai generator hydrogen untuk menghasilkan listrik. Bila dibandingkan mobil dengan mesin BBM, tentu saja sistem hybrid seperti ini lebih rumit sehingga masih mahal. Cara Hybrid ini berkembang pesat sebagai pilihan lain karena kinerja baterai belum memuaskan dan perkembangan perbaikan batere terasa sangat lambat.

    PERBAIKAN BATERAI

    Kelemahan batere mobil lisrik dan sistem kontrolnya masih jadi biang keladi kalahnya mobil listrik dibanding mobil BBM.  Sekarang orang lain sedang berpacu untuk meningkatkan jangkauan operasi mobil listrik 100% dari rata rata 150 mile ke 300 mile. Ultra kapasitor berkapasitas besar dikembangkan terus dalam sistem kontolnya agar tersedia daya besar sesaat untuk tarikan mobil listrik agar bisa melesat, berakselerasi baik dalam memenuhi kondisi operasi yang berubah tiba tiba.

    Waktu pengisian yang rata rata 8 jam dengan listrik rumah saat ini terlalu lama. Penelitian penelitian dilakukan dengan target mencapai kecepatan 40 sampai 100 kali lebih cepat dari sekarang. Salah satu cara dengan merendam bahan batere dalam suatu jenis larutan tertentu agar bisa mempercepat pengisian.
                                                                                                                                                            
    Waktu hidup batere idealnya adalah lebih dari 8 tahun, agar batere tidak harus sering diganti sehingga merusak pemasaran mobil listrik seperti saat ini. Berbagai jenis batere digunakan, tetapi yang paling populer sementara ini adalah Lithium Ion seperti batere komputer laptop. National University of Singapore tahun lalu menemukan bahan yang biaya per kWh secara skala produksi bisa diharapkan seperempat dari biaya pembuatan batere Li-Ion saat ini dengan kinerja yang sama. Bahan ini masih dalam penelitian laboratotium, masih jauh ke komersialisasi. Kalau bahan ini nanti sudah bisa diproduksi secara  massal, biaya mobil listrik akan lebih murah sehingga prospek mobil listrik akan lebih cemerlang.

    ASPEK  LINGKUNGAN.
    Karena mobil listrik tidak menggunakan BBM maka dianggap lebih bersih lingkungan. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar karena sebagian polusi yang terjadi dari emisi yang terjadi di kendaraan berpindah ke polusi yang terjadi di pembangkit tenaga listrik yang banyak menggunakan minyak diesel atau batubara sebagi pembangkit listrik.  Belum lagi perlu disiapkan fasilitas penanganan limbah padat batere bekas yang berpotensi mencemari tanah bila dibuang begitu saja. Penangann ini perlu biaya besar sehingga harus diperhitungkan dalam assessment investasi total sistem pengadaan energi untuk mobil listrik.

    Bila penggunaan mobil BBM beralih ke mobil listrik, pembangkit listrik harus disiapkan dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan listrik. Perlu konsep menyeluruh agar secara total aplikasi mobil listrik ini lebih murah, efisien  dan sederhana dibandingkan dengan pemakaian BBM saat ini. Investasi ini harus juga memperhitungkan fasilitas untuk melayani pengisian batere di jalan. Pada awal tahun 90an, untuk mengantisipasi perkembangan mobil listrik di Amerika yang sedang hangat saat itu, Singapura mempersiapkan infrastruktur pelayanan terhadap mobil listrik ini. Sehingga bila mobil listrik hadir, Singapura akan siap melayaninya. Pendekatan cermat yang jauh berbeda dengan cara persiapan  kita pindah dari BBM ke gas.

    WAKTU YANG TEPAT.

    Perbedaan mobil biasa dengan mobil listrik sebenarnya hanya di pembangkit daya dan penerus dayanya saja (mesin dan power trainnya). Sehingga untuk MOBNAS mulai sebetulnya bisa saja dipersiapkan menggunakan BBM dulu dan sementara dipersiapkan ke listrik bila teknologi sistem listrik sudah lebih matang nanti.

    Sebaiknya secara paralel LEN atau LIPI melanjutkan  studi kelistrikan untuk aplikasi mobil listrik agar betul betul terbukti secara komersial  sistem penunjang kelistrikan mobil listrik ini bisa handal dan praktis digunakan. Bila tidak handal dan tidak murah MOBNAS listrik hanya lahir untuk menderita karena tidak akan laku dijual di pasar yang sensitif terhadap harga.



    Sumber: http://alumni-its.blogspot.com

    ,

    Pesawat Tanpa Awak

    Prestasi Anak Bangsa. Akhir tahun lalu Mahasiswa UNDIP kembali menunjukkan prestasinya di ajang karya cipta teknologi. Kali ini dua mahasiswa Fisika, Fakultas Sains dan Matematika mendapat penghargaan dari DISLITBANG TNI AD. Mereka adalah Muhammad Izzuddin Shofar dan Havez Vazirani Al Kautsar dengan karya pesawat tanpa awak dengan tambahan teknologi telemetri. Karya mereka berhasil meraih juara 2 dan berhak mendapatkan hadiah sebesar 35 juta rupiah.

    Dari proposal yang terkumpul kemudian disaring oleh dewan Juri sehingga dipanggillah 12 tim dari berbagai daerah dan Universitas terkemuka di Indonesia. 12 tim itu berasal dari Universitas Gajah Mada (2 tim), Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Negeri Malang, Universitas Telkom Bandung, Universitas Palangkaraya, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Sekolah Tinggi Sandi Negara Bogor dan tentu saja dari UNIVERSITAS DIPONEGORO, ada juga alumni dari Institut Teknologi Bandung dan Institut Teknologi Sepuluh November.

    12 tim tersebut kemudian dijadwalkan presentasi pada hari Kamis dan Jum’at tanggal 14-15 November 2013 di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat yang beralamat di Jalan Matraman Raya Jakarta Timur. Urutan presentasi diambil dengan cara diundi, dan dipresentasikan di depan 9 juri yang datang dari berbagai lembaga. Diantaranya adalah Prof Dr.Ir. Suwarno M.T (Dekan Elektro ITB), DR. Hery Mochtady M. Eng (PT. PINDAD), Dr. Ir. Abdul Aziz, M.Sc, Dr. Bambang Widiyatmoko M. Eng (LIPI) dan Letkol Arh Drs. S. Imam Santoso M.T (LEMJIANTEK), Kolonel Inf Hidayat S. (TNI AD).

    “Saya benar-benar tidak menyangka bisa mendapatkan juara 2, untuk menjadi 6 besar saja  saya pikir sudah merupakan keberuntungan. Karena awalnya  waktu ngirim proposal saya iseng aja.  Apalagi ketika kami tahu bahwa  yang mengikuti lomba ini beberapa merupakan alumni, bahkan ada tim yang diketuai langsung oleh seorang dosen” kata Izuddin, mahasiswa asal Bajarnegara ini.

    “Karya yang kami kirimkan ke lomba ini adalah sebuah pesawat tanpa awak yang mampu memonitoring daerah yang ada dibawahnya melalui kamera yang dipasang di pesawat tersebut dan mengirimkan videonya secara real-time. Pesawat ini juga dilengkapi dengan GPS yang memungkinkan operatornya selalu mengetahui posisi pesawat ini kemanapun terbangnya. Adanya GPS membuat pesawat ini bisa dioperasikan secara autopilot lewat software yang ada di PC operator. Pesawat ini dilengkapi dengan sistem komunikasi yang menggunakan radio frekuensi 915Mhz dan mengirimkan data dari pesawat secara terus-menerus. Data lain yang dikirim merupakan konsentrasi gas beracun yang diambil dari sensor gas yang terpasang di pesawat tersebut” imbuh Izuddin.

    Tiba hari Jum’at 13 Desember 2013, saat pembukaan hari Juang Kartika di KODAM V Brawijaya Surabaya. Di Upacara pembukaan Kepala Staff Angkatan Darat (KASAD) memberikan langsung hadiah secara simbolis kepada perwakilan tiap tim yang telah menjadi juara pada lomba ini. Pada Hari Juang Kartika ini dipamerkan semua Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI AD. Serta berbagai divisi dalam TNI AD seperti Explosive Ordnance Disposal (EOD), NUBIKA, KOPASSUS, KOSTRAD dan perusahaan rekanan TNI AD seperti Pindad.

    Mengusung tema “Bersama Rakyat TNI Kuat” acara pameran ini dibuka untuk umum sehingga tak hanya dari kalangan TNI saja yang bisa melihat dan berkeliling di area pameran ini. 5 hari penuh acara tersebut selalu ramai dikunjungi oleh para pengunjung baik anak-anak, muda-mudi, sampai orang tua.

    Menurut Dede salah seorang Teknisi dari EOD yang mampir di stand kami mengatakan bahwa karya kami bagus, dan bisa dikembangkan lagi dengan bekerja sama dengan lembaga lain seperti NUBIKA. Sehingga nantinya pesawat tanpa awak ini bisa mendeteksi senjata-senjata kimia yang digunakan untuk perang. Karena pada zaman modern ini telah banyak digunakan senjata yang bersifat kimia dan merusak secara perlahan, sehingga diperlukan detektor yang bisa dikontrol dari jarak jauh tanpa membahayakan personil TNI itu sendiri.

    Menurut Sekretaris Dislitbang TNI AD yang mewakili Kadislitbang saat penutupan acara mengatakan bahwa karya-karya yang telah menjuarai event ini tidak akan berhenti begitu saja. Nantinya peserta yang juara tersebut akan dipanggil lagi untuk mengembangkan alat tersebut bersama DISLITBANG TNI AD.

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Enam peneliti remaja Indonesia akan unjuk gigi dalam kompetisi karya ilmiah di Amerika. Mereka merupakan pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 2014 besutan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

    Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menjelaskan, para pemenang LKIR tersebut akan ikut serta dalam Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2015 di Pittsburgh, Amerika Serikat, pada 10-15 Mei.

    "Ini merupakan keikutsertaan pemenang LKIR yang keempat dalam ajang ini. Dan kompetisi ini bisa dijadikan sarana untuk meningkatkan wawasan serta pengetahuan mereka dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi," kata Handoko di Jakarta, Kamis (7/5/2015).

    Pelajar yang akan bertolak ke Amerika adalah Ni Nyoman Asmarani dan Ni Nyoman Shinta Prasista Sari (SMA Negeri 3 Denpasar, Bali) dengan karya ilmiah "A Paradise in Crisis: The Eroding Cultural Values in Balinese Villages"; Regia Puspitasari dan Audie Awali (SMA Negeri 10 Malang, Jawa Timur) dengan karya ilmiah "Ramie Fiber as a Novel Green Electric Double Layer Capacitor Material"; serta Luca Cada Lora dan Galih Ramadhan (SMA Negeri 1 Surakarta, Jawa Tengah) lewat karya ilmiah "An Inorganic Nature of Heavy Metals Absorbent". Keenam pelajar ini akan berkompetisi bersama 1.700 pelajar dari 75 negara dalam ajang yang memperebutkan total hadiah lebih dari empat juta dolar AS.

    Sebelum berlaga, menurut Handoko, mereka mendapat pembinaan intensif selama enam bulan oleh peneliti-peneliti LIPI. Kegiatan pembinaan meliputi mentoring kegiatan penelitian, pelaporan dan penulisan hasil penelitian, penyiapan media presentasi, sampai teknik presentasi ilmiah dalam bahasa Inggris.

    LIPI menyampaikan apresiasinya atas dukungan Intel ISEF dalam pembinaan para peneliti remaja. "Para pelajar diharapkan lebih banyak berdiskusi dan membangun jaringan, karena hal ini tidak berhenti hanya sampai di situ," ujar Handoko yang juga ikut sebagai delegasi Indonesia.

    Intel ISEF sendiri adalah kompetisi ilmiah terbesar di dunia untuk pelajar setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang diselenggarakan oleh Intel setiap tahunnya. Intel ISEF mendorong jutaan ilmuwan remaja untuk memberikan solusi bagi berbagai masalah dan tantangan baik tingkat lokal maupun global.

    Untuk seleksi finalis, Intel ISEF bekerja sama dengan para afiliasinya di berbagai negara. Di Indonesia, Intel ISEF bekerja sama dengan LIPI melalui kompetisi LKIR.

    "Menjadi peneliti tidak harus rumit. Secanggih apa pun teknologi, tidak ada manfaatnya jika tidak ada manusia, karena manusialah yang akan mengembangkan teknologi tersebut," kata Country Manager Intel Indonesia Harris Iskandar.

    Sebagai informasi, keenam finalis akan diberangkatkan bersama enam pelajar lainnya pemenang Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2015 yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk mewakili Indonesia. Ke-12 peneliti remaja ini akan bertolak ke Amerika pada Sabtu, 9 Mei.

    Sumber: okezone

    ,

    Parfum Ruangan dari Kotoran Sapi karya anak SMA, Dua siswi SMA Muhammadiyah Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Sebut saja namanya Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti, meraih juara pertama tingkat nasional pada ajang Indonesian Science Project Olympiade (ISPO) 2013.

    Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti menghasilkan karya berupa parfum pengharum ruangan yang dibuat dari kotoran sapi. Atas keberhasilannya, keduanya mewakili Indonesia pada lomba International Environment Project Ilympiade (INEPO) 2013 di Istanbul, Turki, pada 17-20 Mei 2013.

    Karya dua siswa tersebut juga sudah diuji coba. Biaya untuk memproduksinya cukup murah, yakni Rp 21 ribu bisa meghasilkan kemasan berisi 225 mililiter. Produk pengharum ruangan di pasaran Rp 39.900 untuk kemasan 275 gram. “Biayanya murah sekali,” kata Nailul pada saat memaparkan karyanya di depan Bupati Lamongan Fadeli, di Guest House Pemerintah Kabupaten Lamongan, Kamis, 7 Maret 2013.

    Penggunaan kotoran sapi sebagai bahan baku merujuk persyaratan panitia INEPO 2013. Ditekankan agar bahan baku harus yang mudah ditemukan di semua negara. Persyaratan tersebut mendukung karya Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti. Sebab, Kabupaten Lamongan memiliki populasi sapi yang berlebih. Pada 2012 saja, populasi sapi mencapai 116.963 ekor. Kotorannya belum banyak dimanfaatkan.

    Rencananya, hasil karya kedua siswa tersebut akan diajukan untuk mendapatkan hak paten di Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM. Pemerintah Kabupaten Lamongan akan memfasilitasinya. “Ini karya yang langka,” ujar juru bicara Pemerintah Kabupaten Lamongan, Mohammad Zamroni, kepada Tempo, Kamis, 7 Maret 2013.

    Pada ajang INEPO, Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti akan beradu karya dengan peserta dari 50 negara. Di antaranya Kanada, Denmark, Finlandia, Jerman, Italia, Portugal, Malaysia, Amerika Serikat, Rusia dan Polandia.

    Tapi di tahun 2015 ini kenapa hasil karya kalian tak ada lagi kabarnya? Apa sudah tidak ada perkembangan... Kalian kemanain hasil karyamu jika hanya untuk disimpan untuk apa

    ,

    Lagi-lagi karya anak bangsa yang benar-benar bisa membanggakan Indonesia. Tiga orang mahasiswa dari Universitas di tiga negara berbeda ini dipertemukan oleh mimpi yang sama. Fransiska Hadiwidjana (Institut Teknologi Bandung), Andrew Bishara (Harvard Medical School), dan Elishai Ezra (Bioengineering Universitas Ibrani Yerusalem) terobsesi agar manusia bisa mendiagnosis penyakitnya sendiri dengan hasil terukur.

    Mereka menciptakan alat yang mana hanya berupa sarung tangan, alat ini dinamai Glove Tricorder, meskipun terlihat seperti sarung tangan tapi jangan salah lho alat ini sangat canggih dan akan mempermudah kerja para dokter. Mereka membuatnya saat mereka mengikuti Graduate Studies Program 2012 di NASA Ames Research Park di Silicon Valley, Amerika Serikat pada Juli-Agustus 2012.

    Glove Tricorder memang mirip sarung tangan biasa, namun dilengkapi dengan banyak sensor seperti sensor kecepatan, temperatur, getar, dan suara. Pada bagian ujung ibu jari sarung tangan dilengkapi termometer, speaker, "electronic palpatio", dan "galvanic skin conductance". Di bagian telunjuk terdapat mikrifon dan akselerometer. Sedangkan pada ujung jari tengah terdapat sensor tekanan, getar, dan suara ultrasonik. Bagian tengah telapak tangan dilengkapi dengan kamera inframerah.

    Cara kerja sarung tangan ini cukup sederhana. Pengguna cukup meraba bagian tubuh yang akan dideteksi. Data dari sensor kemudian dianalisis dan dibingkai dalam satu saluran komunikasi dengan menggunakan protokol data yang ditransfer melalui jaringan wireless ke komputer.

    Sarung tangan ini dapat mendiagnosis sakit perut, kanker payudara, penyimpangan katup jantung dan berbagai penyakit lain. Selain berguna bagi para dokter di rumah sakit, alat ini juga bisa memungkinkan orang awam melakukan pemeriksaan kesehatannya secara mandiri.

    Kini pengembangan prototipe ini sudah memasuki tahap kedua. Fransiska, Bishara dan Ezra bertekad sarung tangan ini tersedia dan dipakai di berbagai rumah sakit dalam beberapa tahun ke depan.

    Keren bukan tapi kira-kira apa pemerintahan Indonesia peduli ndak yah atas semua karya anak bangsa kita??? Hemm... Semoga saja mereka tak menutup mata.

    Sumber: Engadget, Gizmag, ITB
Shopping Cart
0 item(s)
Rp 0.00
Your Cart
SAME DAY SHIPPING
Pengiriman langsung dilakukan pada hari pemesanan


Top