• Latest Stories

      What is new?

    • Comments

      What They says?

    ,

    pesawat N-219

    Prestasi Anak Bangsa. Setelah sekian lama mati suri, produksi pesawat dalam negeri mulai bangkit kembali. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) akan segera melakukan roll out pesawat karya anak bangsa, N-219. Rencananya prosesi roll out ini akan dilakukan pada November dan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

    Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana mengatakan Pesawat N-219 sengaja dirancang untuk menghubungkan warga di wilayah terpencil ke wilayah-wilayah lain. Pasalnya, pesawat dengan kapasitas penumpang 19 orang ini memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek serta di landasan yang tidak beraspal.

    Selain itu, pesawat N-219 juga mudah dioperasikan di berbagai daerah terpencil dan memiliki kabin terluas di kelasnya. "Teknologi Pesawat N-219 juga menggunakan teknologi terbaru dan terdepan," ujar Andi di gedung PT. Dirgantara Indonesia Jalan Pajajaran pada Rabu (4/11).

    Pesawat N-219, lanjut Andi, juga didukung teknologi yang memungkinkan pesawat dengan multihop capbility fuel tank ini melakukan terbang rendah dengan kecepatan yang juga sangat rendah, yaitu mencapai 59 knot.

    Selain itu, Pesawat N-219 ini juga dapat beroperasi dengan ground support equipment yang minim dan memiliki landing gear tetap. Hal tersebut, terang Andi, membuat pemeliharaan Pesawat N-219 lebih mudah dengan biaya yang lebih ringan.

    Saat ini, Andi mengatakan persiapan Pesawat N-219 untuk prosesi roll out sudah mencapai 90 persen. Andi juga menargetkan proses sertifikasi Pesawat N-219 dapat rampung pada 2017 mendatang. Setelah proses sertifikasi rampung, Andi mengatakan Pesawat N-219 bisa segera diproduksi untuk kemudian dipasarkan.

    "Terkait Letter of Intent, kalau dilihat dari jumlah, paling banyak dari airlines swasta, yang tak kalah menarik dari beberapa Pemda juga ada. Ini membuktikan apa yang kami rancang dan susun dapat diterima masyarakat," lanjut Andi.

    Yang tak kalah menarik, pembuatan Pesawat N-219 ini juga melibatkan tenaga-tenaga teknis muda. Chief Engineering N-219 Palmana Bhanandhi mengatakan dalam area design and analysis engineering yang melibatkan hampir 150 engineer, 60 di antaranya merupakan engineer baru.

    - See more at: http://www.konfrontasi.com/content/teknologi/pesawat-n-219-karya-anak-bangsa-yang-membanggakan#sthash.3gvEBQKu.dpuf

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Satu lagi karya anak bangsa yang tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia, Miris banget deh. Kompor Buatan Dosen ini malah Diproduksi di Norwegia lho. Dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, Indonesia masih kalah dengan negara-negara maju lainnya. Bahkan masih kalah dengan negara dalam regional Asia Tenggara, misalnya Singapura dan Filipina.

    Sebenarnya, kemampuan pengetahuan orang-orang Indonesia juga bagus. Jangan diremehkan, orang Indonesia juga bisa membuat mobil tenaga surya. Ada juga yang bisa menciptakan mesin-mesin baru yang diakui dunia. Bahkan, ada orang Indonesia yang diminta Jepang untuk menetap di Jepang karena pengetahuannya yang tinggi.

    Kisah ini seperti yang dialami oleh seorang dosen Fakultas MIPA di Universitas Brawijaya, Muhammad Nurhuda. Beliau sudah melakukan penelitian mengenai kompor biomassa dan sudah mempraktekkannya.

    Kompor ini jauh lebih baik dibanding dengan kompor minyak yang biasa dipakai masyarakat. Kompor biomassa ini menggunakan bahan bakar kayu cacah, atau kayu pepohonan yang dapat diambil gratis di pedesaan.

    Tak hanya kayu-kayu itu, bahan bakar kompor ini juga bisa menggunakan pelet sawit dan butiran kayu. Selain lebih ramah lingkungan, menggunakan pelet sawit dan butiran kayu dapat membuat aroma masakan yang dimasak lebih harum.

    Namun, masyarakat malah enggan menggunakannya. Respon terhadap temuan Muhammad Nurhuda ini sepi diminati kalangan pasar dalam negeri, malah lebih sukses di luar negeri yaitu di Norwegia, dan telah diproduksi massal di negara tersebut.

    Selain di Norwegia, pemasaran dan produksi biomassa yang ditangani pihak ketiga yaitu Primecookstove ini juga dipasarkan di negara lain, seperti India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja, dan negara lain di belahan Benua Afrika.

    Ironis memang, karya anak bangsa tidak diminati di negaranya sendiri, malah negara lain yang menyukainya. Entah apa yang ada di benak kita masyarakat Indonesia, tidak tergugahkah kita dengan temuan anak bangsa? Tidak banggakah ketika anak bangsa membuat harum nama Indonesia?

    Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan perlu ditanamkan pada seluruh warga Indonesia. Juga harus ditanamkan kesadaran tentang rasa cinta terhadap produk dalam negeri.

    Pemerintah pun seharusnya lebih memperhatikan hal seperti ini. Sayang jika temuan anak bangsa malah dipatenkan di negara lain. Setelah diklaim negara lain, baru pemerintah angkat bicara.

    Ayo warga Indonesia, cintailah produk Indonesia dan kembangkan selalu ilmu pengetahuanmu!

    Sumber: http://www.catatankecilku.net/

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Kamu mungkin tak asing dengan knolgi 4G LTE adalah teknologi yang banyak digunakan oleh produsen smartphone di seluruh dunia. Teknologi jaringan internet super cepat ini membuat proses transfer data lebih cepat dan lebih stabil dibandingkan teknologi 3G yang selama ini banyak dikenal orang. Namun, apakah Anda tahu siapa penemunya?

    Prof. Khoirul Anwar merupakan penemu sekaligus pemegang hak paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Sistem ini mampu menurunkan energi hingga 5dB atau 100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan.

    Hasil temuan anak bangsa tersebut sejauh ini telah digunakan perusahaan elektronik besar asal Jepang. Selain itu teknologi ini tengah dijajaki oleh raksasa telekomunikasi asal Tiongkok, Huawei Technology.

    Pria asal Kediri ini adalah alumni Teknik Elektro ITB dengan cumlaude di 2000. Setelah itu dia melanjutkan pendidikan di Nara Institute of Science and Technology (NAIST) dan memperoleh gelar master di tahun 2005 serta doktor pada 2008. Khoirul juga sempat menerima penghargaan IEEE Best Student Paper Award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, di California.

    Ide awalnya Khoirul mencoba mengurangi daya transmisi guna meningkatkan kecepatan laju data. Penurunan daya dilakukan hingga 5dB saja (100.000 = 10 pangkat 5 kali lebih kecil dari teknologi sebelumnya) dan hasilnya kecepatan transmisi justru meningkat.

    Di sisi lain pada paten keduanya, Khoirul menghapus sama sekali guard interval/GI. Hasilnya membuat frekuensi yang berbeda akan bertabrakan. Kemudian Khoirul mengkombinasikannya dengan algoritma khusus di laboratorium. Efeknya interferensi tersebut dapat diatasi dengan unjuk kerja yang sama seperti sistem biasa dengan adanya GI.

    ,

    Pengganti Gula dari Limbah Singkong

    Prestasi Anak Bangsa. Wao... Banyak orang takut akan diabet hal ini memicu para mahasiswa untuk melakukan beberapa riset seperti halnya empat mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil menemukan bahan pengganti gula rendah kalori dari limbah singkong. Penemuan ini membuat mereka dianugerahi medali emas oleh WIFFA setelah bersaing dengan beberapa negara di Asia dan Eropa dalam ajang yang dilaksanakan di Makau, Hongkong, beberapa waktu lalu.

    Keempat mahasiswa ini adalah Galih Nugraha (22) asal Tasikmalaya, Putri Vionita (21) asal Banyuwangi, Faraouq (22) asal Cilacap, dan Abdul Aziz (22) asal Boyolali. Keempat mahasiswa ini pun mewakili Indonesia di kancah internasional, dan membuat kagum mata dunia setelah berhasil dengan penemuannya dalam memanfaatkan bahan yang biasa dibuang oleh masyarakat Indonesia.

    Galih Nugraha mengatakan, awalnya mereka menilai banyaknya limbah singkong yang dibuang oleh para warga umumnya sudah tak bermanfaat dan akan mudah didapatkan jika dipakai sebagai bahan baku. Setelah melakukan beberapa riset dan penelitian, mereka pun berhasil membuat gula dari limbah singkong tersebut karena di dalam limbah tersebut terdapat kandungan glukosa yang sangat banyak.

    "Kami awalnya melihat limbah singkong akan mudah didapatkan untuk bahan baku. Setelah kami melakukan penelitian, kami temukan kandungan glukosa, dan bisa dibuat gula beku rendah kalori," kata Galih.

    Galih yang merupakan salah satu mahasiswa Fakultas Pertanian IPB ini pun menunjukkan pembuatan gula rendah kalorinya yang sangat sederhana tersebut. Tak seorang pun menyangka bahwa limbah kulit singkong bisa dijadikan gula rendah kalori selain dari tebu. Temuan ini pun membuat mereka ditunjuk untuk mewakili Indonesia di mata dunia sebagai inovator atas beberapa temuan oleh beberapa negara.

    "Kami pun tak menyangka kalau temuan kami bisa membawa nama harum Indonesia di mata dunia," kata Galih.

    Sementara itu, Putri Vionita menuturkan, pembuatan gula rendah kalori dari singkong ini sangat mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang. Kulit singkong dibersihkan dan dicuci hingga bersih kemudian direndam beberapa jam.

    Hasil pencucian selanjutnya digiling memakai blender sampai halus, kemudian diamkan bahan tersebut selama dua hari. Berikutnya, kulit singkong yang telah didiamkan dimasak dengan diberi enzim. Setelah dimasak, maka bahan akan langsung menjadi gula. Dinginkan bahan di lemari es sampai membeku, kemudian bisa langsung dikonsumsi.

    "Prosesnya sederhana, dan mungkin sekali bisa diproduksi pasar. Ongkosnya pun sangat murah. Harapan kami, kalau penemuan ini bisa diproduksi, (Indonesia) tak usah impor gula lagi dari luar negeri," tambah Putri.

    Harapan para mahasiswa ini pun mengarah pada pengurangan impor gula oleh Indonesia jika bahan tersebut diproduksi secara massal. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai penghasil singkong di dunia.

    ,


    Prestasi Anak Bangsa. Lumpur biasanya jadi muatan yang banyak dihindari. Bentuknya yang cair atau lembek, dan berwarna kelam seolah menjelaskan jika tanah lunak ini tidak bermanfaat. Adapun, ada sejumlah lumpur yang mampu berkontribusi bagi kehidupan manusia.

    Mahasiswa Pendidikan Kimia FMIPA UNY, Latiansyah, Novika Indriyani, Atini Wahyu Utami dan Dwi Meyliana, berusaha membuktikan jika limbah juga dapat bermanfaat dengan penelitian yang mereka kerjakan selama April-Juni 2012 berjudul Bio-Baterai dari Lumpur Sebagai Alternatif Energi Listrik di Masa Depan.

    “Judul penelitian ini dari dosen kami yang memang pakar ilmu kimia fisika. Dari beberapa topik, beliau mengarahkan kami untuk memanfaatkan lumpur aktif menjadi bio baterai,” kata Atini saat ditemui belum lama ini.

    Dari petunjuk itu, lanjutnya, semula keempat mahasiswa ini akan mengambil contoh lumpur aktif di IPAL Bantul. Namun niat itu digagalkan karena kolam-kolam pengolahan limbah di tempat tersebut berukuran besar. Di sisi lain, pengolahan limbah daerah ini belum memiliki daftar distribusi mikroorganisme aerobik dalam lumpur aktif.

    “Kalau kami meneliti manfaat lumpur aktif, ditambah membuat daftar bakteri apa saja di IPAL Bantul akan makan biaya besar karena harus masuk lab [laboratorium] lagi,” sambung Novi.

    Alhasil, lokasi penelitian bergeser. PT Sari Husada Jogja menjadi pilihan berikutnya. Walau lokasinya lebih dekat dengan UNY, Atini menjelaskan bukan berarti penelitian ini mulus begitu saja. Sempat, langkah keempatnya tersandung masalah administrasi. Beruntung setelah negoisasi beberapa saat ditambah dukungan dari Dosen Pembimbing, Endang Widjajanti LFX, keempatnya dapat melakukan riset secepatnya.

    “Dari lumpur aktif ini diambil bakteri aerob. Observasi harus cepat-cepat, kalau enggak ya sudah tidak bisa dilakukan penelitian, harus diulang ke sana [PT Sari Husada] lagi,” jelasnya.

    Guna mengetahui komposisi energi yang terbaik, keempatnya sengaja melakukan percobaan untuk enam massa lumpur yang berbeda. Yakni dengan lumpur 25 gram, lumpur dan akuades dengan perbandingan 1:1, lumpur dan akuades dengan perbandingan 1:2, filtrat 25 gram, filtrat dan lumpur dengan perbandingan 1:1 serta filtrat dan lumpur dengan perbandingan 1:2.

    Dari keenam sample tersebut, diketahui lumpur 25 gram lumpur aktif memiliki kombinasi logam yang paling baik dan dapat dipergunakan sebagai elektroda. Bio-bakteri dengan lumpur aktif sebagai elektrolitnya adalan Cu-Mg dengan beda potensial terukur paling tinggi 1,624 volt. “Dari prototype yang kami buat, lumpur aktif ini dapat menghidupkan lampu LED lebih baik,” jelas Atini.

    Hanya diakuinya, penelitian ini masih menuai kendala tertentu, yaitu tidak dapat bertahan lama. Pasalnya bakteri yang ada tidak dapat bertahan lama. Atas petunjuk dari Dosen Pembimbing, keempatnya akan mengembangkan penelitian Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tingkat fakultas ini lebih lanjut.

    Wahhh ini cocok deh bagi para korban lumpur lapindo mungkin bisa menjadi pusat penerangan baru deh

    ,

    Camp Anak Kost Mobil Listrik Ciptaan Anak Indonesia

    Prestasi Anak Bangsa. Ricky Elson sebagai salah satu pencipta mobil listrik di Indonesia, mobil bertenaga listrik hasil rancangannya, SELO, dianggap tidak memenuhi standar yang ditentukan di Indonesia tapi dia berkeinginan membawa nama Indonesia ke kancah dunia.

    Pria asal Sumatera Barat yang pernah menetap di Jepang itu tidak patah arang. Ia bertekad terus konsisten mengembangkan kendaraan listrik tersebut. Ricky kini berjuang tanpa dukungan dari “orang atas”. Dulu, Menteri Dahlan Iskan memintanya pulang ke Indonesia dari Jepang untuk mengembangkan mobil ramah lingkungan ini di dalam negeri. Kini Ricky mendapat tawaran dana dari rekan sejawatnya di luar negeri yang ingin membantu risetnya.

    “Memang benar saya mendapat tawaran dari rekan saya untuk mengembangkan teknologi motor listrik yang sedang saya kerjakan saat ini,” ungkapnya

    Meskipun SELO tidak dapat memenuhi standar, Ricky tetap ingin berkarya di Indonesia. Kalaupun ada kesepakatan kerjasama dengan pihak lain, ia tetap ingin mobil itu diproduksi di dalam negeri. “Kalaupun terjadi kesepakatan kerjasama, saya ingin produksinya tetap di Indonesia. Saya hanya ingin terus berkarya untuk memberikan yang terbaik pada negeri ini,” ucapnya.

    Sukses yah mas Ricky Elson semoga Pemerintah Indonesia nyadar jika masih banyak Prestasi Anak Bangsa yang dibiarkan tampa ada dukungan. Hemm... Seperti halnya Mobil SMK masih ingetkah kamu, hilangkan dari peredaran Lambatnya Perkembangan Mobil Nasional Akankah Membutuhkan Investor Asing

    ,

    Prestasi Anak Bangsa

    Prestasi Anak Bangsa. Sushma Verma. Inilah bocah jenius dari India. Putri petugas kebersihan ini akan mencecap pendidikan PhD atau S3. Padahal usianya baru 15 tahun. Sungguh luar biasa.

    Kejeniusan Sushma sudah terlihat sejak berusia dua tahun, saat berhasil membaca kisah Ramayana di sekolah. Sejak itu, dia mencetak berbagai rekor. Pada 2005, saat berusia 5 tahun, dia sudah duduk di bangku kelas IX.

    Saat berusia tujuh tahun, Sushma masuk dalam daftar Limca Book of Records sebagai murid termuda yang menyelesaikan kelas X. Dan pada usia 13 tahun, dia lulus sarjana. Pada Juni silam, Sushma tak hanya lulus program MSc , tapi juga jadi jawara kelas. Nilai rata-ratanya 8. Keren bukan?

    Dan saat ini, remaja kelahiran Februari 2000 ini bersiap menjadi mahasiswa termuda untuk jenjang S3 Babasaheb Bhimrao Ambedkar University (BBAU) di Lucknow. Dia mendapat beasiswa setelah nangkring di peringkat ke tujuh dalam tes masuk uni universitas.

    "Saya sangat bahagia mencapai prestasi ini. Ini merupakan prestasi yang sangat besar. Saya berhutang budi kepada Prof RC Sobti, wakil rektor universitas, yang selalu mendukung saya dalam mencapai ini," kata Verma sebagaimana dikutip Dream dari Hindustan Times, Sabtu 25 Juli 2015.

    Bagi Sushma, belajar dengan orang-orang yang jauh lebih tua tak menjadi masalah. Dia bisa menyesuaikan diri dengan temanteman sekelas meski berusia lebih muda. "Belajar dengan murid lebih tua dariku bukanlah hal baru. Aku sudah terbiasa," kata Sushma.

    Sushma lahir dan tumbuh dari keluarga miskin. Sang ayah hanya bekerja sebagai petugas kebersihan. Sang ayah dan bunda buta huruf. Meski demikian, anak-anak mereka berotak cemerlang.

    Lihatlah kakak lelaki Sushma, Shailendra, hingga kini memegang rekor sebagai sarjana komputer yang lulus dengan usia paling muda. Shailendra berusia 14 tahun saat lulus sarjana pada 2007. Dia kini mengejar gelar MBS di Bangaluru.

    Sang ayah, Tej Bahadur, tak punya kata-kata untuk mengungkapkan kebahagiaannya, selain bersyukur pada Tuhan. "Saya buta huruf dan tidak bisa membimbing anak-anak," ujar Tej Bahadur. 

    Sumber: http://www.dream.co.id/
Shopping Cart
0 item(s)
Rp 0.00
Your Cart
SAME DAY SHIPPING
Pengiriman langsung dilakukan pada hari pemesanan


Top